Sabtu, 12 Maret 2011

Jurnal Teh Hitam

EFEKTIVITAS TEH HITAM (Camelia sinensis) SEBAGAI TERAPI HERBAL OBESITAS MELALUI PENGHAMBATAN ADIPOGENESIS
Effectivity of Black Tea (Camelia sinensis) as Obesity Herbal Therapy Through Adipogenesis Inhibition


Hendra Susanto, Nuning Wulandari
(Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang)
Abstrak
Obesitas merupakan penyakit metabolik dengan peningkatan angka prevalensi yang signifikan di berbagai negara di dunia. Kejadian ini akan menimbulkan efek lebih lanjut munculnya berbagai kasus sindroma metabolik. Peningkatan kasus obesitas terkait erat dengan pemacuan laju adipogenesis. Adipogenesis merupakan program biogenetik yang berhubungan dengan diferensiasi preadiposit menjadi adiposit yang matang. Upaya preventif kejadian obesitas dapat dilakukan dengan menghambat laju adipogenesis. Salah satu mekanisme yang dapat dilakukan adalah dengan terapi herbal. Bahan herbal yang memiliki peran sebagai agen antiproliferasi dan inhibitor diferensiasi yaitu teh (Camellia sinensis). Kandungan polifenol pada teh hitam menunjukkan kemampuan untuk menghambat autofosforilasi reseptor dan sinyal transduksi jalur adipogenesis.  Hal ini memberikan suatu potensi terapi herbal kedepan untuk penanganan kasus obesitas dengan melakukan tindakan preventif melalui penghambatan laju adipogenesis. Jadi teh merupakan bahan herbal yang ditetapkan menjadi inhibitor poten pada kejadian obesitas dengan cara menghambat proses adipogenesis yang mengarah pada hipertropi dan hiperplasi adiposit.
Kata kunci: Teh, Obesitas, Adipogenesis

Abstract
Obesity is one of metabolic disorder with significant increase prevalency trough all the world. The incident of obesity will further cause negative effect in syndrom metabolic disorder. Increasing  of obesity related with increasing adipogenesis. Adipogenesis is biogenetic programme connected with differentiation preadipose to mature adipose. Preventive of obesity could be done by blocking adipogenes pathway. One of the mechanism blocking is herbal therapy. Black tea (Camellia sinensis) had the benefit effect as antiproliferation agent and inhibitor differentiation preadiposit to mature adiposit. Polyphenol contain in black tea show the ability to block autophoshorilation receptor and transduction signal in adipogenesis pathway. The ability of black tea could be useful as herbal therapy for obesity preventive trough blocking adipogenesis pathway. 

Key word: Tea, Obesity, Adipogenesis


Pendahuluan
Prevalensi obesitas meningkat di berbagai Negara Asia Pasifik, Eropa, Amerika Serikat, Australia serta di negara-negara berkembang. Di Amerika Serikat pada 2 dekade terakhir prevalensi obesitas sebesar 74%, sedangkan di Korea Selatan 20,5 % overweight dan 1,5% obes, di Thailand 16% overweight dan 4% obes, di China 12% pada laki-laki overweight dan 14,4% pada perempuan (Adiningsih, 2005). Obesitas baik pada dewasa maupun anak-anak menjadi pemicu berbagai penyakit seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes dan kanker. Beberapa kasus juga menunjukkan bahwa obesitas dan kelebihan berat badan (overweight) memiliki hubungan yang kuat dengan peningkatan angka kematian di berbagai negara di dunia (Ji Lin, et al., 2005).
Diferensiasi preadiposit menjadi adiposit yang matang memegang peranan dalam mekanisme/patogenesis obesitas. Penghambatan proses diferensiasi preadiposit menjadi adiposit (adipogenesis) penting dipelajari lebih lanjut karena dari proses ini kejadian awal obesitas akan dimulai. Obesitas merupakan penyakit komplek yang disebabkan oleh banyak faktor termasuk genetik dan faktor lingkungan, dimana kejadian obesitas merupakan kombinasi dari kedua faktor tersebut (Ji Lin, et al., 2005). Pada kasus obesitas dan overweight peningkatan massa lemak dapat dihasilkan karena penambahan ukuran sel (hypertrophy) dan juga karena penambahan jumlah sel (hyperplasia) ataupun karena keduanya (Ji Lin, et  al., 2005). Melalui penghambatan proliferasi  dan diferensiasi preadiposit menjadi adiposit diharapkan dapat menurunkan prevalensi obesitas serta overweight.
Proses adipogenesis dipicu oleh sinyal pertumbuhan,  salah satunya adalah insulin like growth factor-I (IGF-1).  Adanya kontak antara ligan dan reseptor pada IGF-R (Insulin like Growth Factor Receptor) akan memulai serangkaian sinyal intraseluler melalui beberapa jalur reaksi berantai sitoplasmik sebelum terjadi ekspresi gen yang berhubungan dengan diferensiasi preadiposit menjadi adiposit matang (Ji Lin, et  al., 2005). Adanya pengikatan IGF-1 pada reseptor permukaan membran menyebabkan phosporilasi  reseptor dan dilanjutkan dengan aktivasi jalur MAPK (Mitogen Activated Protein Kinase) (Yu Hua, et al., 2005). IGF-1 merupakan ligan yang berperan dalam sintesis insulin, faktor mitogen dan pertumbuhan sel serta juga disebutkan berperan dalam diferensiasi beberapa sel termasuk preadiposit (Yasuki, et al., 1996). Jalur sinyal intraseluler dalam proses adipogenesis melalui aktivasi MAPK (Mitogen Activated Protein Kinase) khususnya extracellular signal-regulated kinase (ERKs) yang terstimulus oleh signal pertumbuhan menjadi penentu proses diferensiasi preadiposit. Fosporilasi ERK1/2 akan memulai ekspresi C/EBP dan PPARγ (Peroxisome Proliferator Activating Receptor γ) yang merupakan 2 faktor kunci adipogenesis (Ji Lin, et al., 2005).
PPARγ sangat besar perannya dalam diferensiasi preadiposit menjadi adiposit matang. PPARγ menginisiasi ekspresi gen yang berhubungan dengan adipogenesis, salah satunya gen aP2/A-FABP (adipocyte-fatty acid binding protein). Stimulus eksternal seperti cAMP (cyclic AMP), glukokortikoid, IGF-1 dan asam arachidonat akan memulai menekan regulasi supresor diferensiasi dan meningkatkan regulasi dari inducer diferensiasi melalui aktivasi PPARγ. PPARγ selalu membentuk formasi heterodimer dengan RXR (Retinoid X Receptor) dan setelah itu akan berikatan pada celah pengenalan DNA (DR-1) untuk memulai proses diferensiasi preadiposit (Baillie, et  al., 1998., Makoto, et al., 2001).
Salah satu bahan yang banyak berperan dalam proses penghambatan pertumbuhan sel adalah teh hitam (Camellia sinensis). Teh hitam memiliki komponen antioksidan yang sangat banyak berperan dalam pengontrolan proliferasi sel. Teh hitam memiliki kandungan senyawa antioksidan theaflavin (TF) yang terdiri dari Theaflavin (TF1), Theaflavin-3-gallate (TF2A), Theaflavin-3’-gallate (TF2B) dan          Theaflavin-3-3’-digallate (TF3) dimana secara struktur kimia theaflavin pada teh hitam memiliki kemiripan struktur dengan cathecin pada teh hijau. Theaflavin dan thearubigin yang menjadi komponen utama teh hitam merupakan hasil konversi cathecin oleh enzim polifenol oksidase. Diketahui bahwa theaflavin dapat menjadi agen protektif untuk penyakit kardiovaskuler dan kanker, termasuk dalam hal sebagai agen antihipertensi, antioksidatif dan aktivitas hipolipidemik (Lai, et al., 2001).
Yu, et al. (1999) menyebutkan bahwa pada kultur sel NIH3T3 sel fibroblast, dengan perlakuan dengan 10 mg/ml thearubigin dapat menekan autofosforilasi dari EGF (Epidermal Growth Factor). Hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa perlakuan dengan dosis 5 dan 10 mM TF3 dapat menghambat aktivitas EGF reseptor kinase, namun pemberian tadi tidak berefek pada ekspresi protein reseptor EGF. Yu, et al. (1999) juga menyebutkan bahwa TF2 dan thearubigin juga dapat menghambat autofosforilasi reseptor PDGF (Platelet Derived Growth Factor). Jadi secara umum teh hitam memiliki aktivitas penghambatan autofosforilasi reseptor faktor pertumbuhan (growth factor) seperti EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) dan PDGFR (Platelet Derived Growth Factor Receptor) dan juga pengikatan EGF pada reseptor di membran. Theaflavin pada teh hitam kemungkinan bekerja sebagai inhibitor pada reseptor growth factor membran preadiposit. Penggunaan teh sebagai agen penghambat adipogenesis dapat melemahan ekspresi dari protein C/EBP dan PPARγ akibat penghambatan ERK1/2 (extracellular signal-regulated kinase) (Ji Lin, et al., 2005). Secara umum disebutkan bahwa polyfenol pada teh menunjukkan efek penghambatan pada sinyal MAPK (Bode dan Dong, 2003).

Teh dan Peranannya Dalam Diferensiasi Adiposit
Menurut Graham HN (1984); Van Steenis CGGJ (1987) dan Tjitrosoepomo G (1989), tanaman teh Camellia sinensis O.K.Var.assamica (Mast) diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Sub Kelas        : Dialypetalae
Ordo               : Guttiferales (Clusiales)
Familia            : Camelliaceae (Theaceae)
Genus             : Camellia
Spesies            : Camellia sinensis
Varietas           : Assamica

Teh (Camellia sinensis) adalah minuman yang sangat populer di seluruh bagian dunia. Minuman teh yang utama adalah teh hitam, khususnya di negara barat. Teh hitam, terbentuk melalui proses fermentasi yang menyebabkan polifenol pada teh hijau dioksidasi dan membentuk flavonol oligomer termasuk theaflavin, thearubigin dan oligomer lainnya. Teh hitam sendiri memiliki kandungan senyawa theaflavin (TF) yang terdiri dari TF-1, TF2A, TF2B dan TF3 dan thearubigin. Teh hitam diduga memiliki lebih banyak manfaat dibandingkan teh hijau (Yu, et al., 1999).
            Gambar 1. Struktur kimia dari beberapa komponen pada teh  (Yu, et al., 1999).
            Komponen dari dua macam teh yang paling banyak digunakan (teh hitam dan teh hijau) adalah sebagai berikut :
Tabel. 2.1 : Komposisi Teh hijau
No.
Komponen
% Berat Kering
1.
Kafein
7,43
2.
(-) Epicatechin
1,98
3.
(-) Epicatechin gallat
5,20
4.
(-) Epigallocatechin
8,42
5.
(-) Epigallocatechin gallat
20,29
6.
Flavonol
2,23
7.
Theanin
4,70
8.
Asam glutamat
0,50
9.
Asam aspartat
0.50
10.
Arginin
0,74
11.
Asam amino lain
0,74
12.
Gula
6,68
13.
Bahan yang dapat mengendapkan alkohol
12,13
14.
Kalium (potasium)
3,96
                 

Tabel. 2.2. Komposisi Teh hitam
No.
Komponen
% Berat Kering
1.
Kafein
7,56
2.
Theobromin         
0,69
3.
Theofilin
0,25
4.
(-) Epicatechin
1,21
5.
(-) Epicatechin gallat
3,86
6.
(-) Epigallocatechin
1,09
7.
(-) Epigallocatechin gallat
4,63
8.
Glikosida flavonol
Trace
9.
Bisflavanol
Trace
10.
Asam Theaflavat
Trace
11.
Theaflavin
2,62
12.
Thearubigen
35,90
13.
Asam gallat
1,15
14.
Asam klorogenat
0,21
15.
Gula      
6,85
16.
Pektin    
0,16
17.
Polisakarida
4,17
18.
Asam oksalat
1,50
19.
Asam malonat
0,02
20.
Asam suksinat
0,09
21.
Asam malat         
0,31
22.
Asam akonitat
0,01
23.
Asam sitrat
0,84
24.
Lipid      
4,79
25.
Kalium (potassium)
4,83
26.
Mineral lain
4,70
27.
Peptida
5,99
28.
Theanin
3,57
29.
Asam amino lain
3,03
30.
Aroma
0,01
              Sumber : Graham HN (1984) dalam Tuminah S (2004)

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa percobaan menggunakan teh hijau (khususnya epigallocatechin-3-gallate) dan 3 senyawa theaflavin pada teh hitam yang diinduksi dengan EGF dan PDGF menunjukkan terjadi penghambatan pada reseptor EGF khususnya pada proses autofosforilasi EGFR. Hal ini membuktikan bahwa theaflavin dan EGCG memiliki kemampuan antiproliferatif dengan memblokir pada EGF dan PDGF dengan berikatan pada reseptornya (Yu, et al., 1999).
            Yu, et al. (1999) juga menyebutkan kemampuan penghambatan pada autofosforilasi EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) TF-3 lebih besar dari TF-1 atau TF-2. Disebutkan juga hampir semua komponen flavonol dari teh hitam memiliki peran dalam menekan proses autofosforilasi EGFR dan menekan aktivitas intrinsik kinase. TF-2 dan thearubigin memiliki penghambatan pada autofosforilasi PDGFR. Kemungkinan theaflavin memblokir pengikatan ligan (EGF dan PDGF) pada reseptornya. Chung, et al. (2001) menyebutkan perlakuan kultur galur sel epidermal mencit dengan EGCG dan TF3 menurunkan level fosforilasi jalur ERK1/2 dan MEK1/2. Pemberian 20 μM TF3 selama 15 menit pada kultur sel dapat menurunkan fosforilasi ERK1/2 38-50%.
Penambahan EGCG pada kultur sel 3T3-L1 menunjukkan efek penurunan deposit lemak  dengan cara meningkatkan apoptosis sel. Bode dan Dong (2003) menjelaskan bahwa efek penghambatan dari komponen pada teh terhadap faktor pertumbuhan dalam mekanisme sinyal transduksi dengan cara menghambat fosforilasi pada beberapa bagian yang terlibat dalam proses sinyal transduksi. Riset sebelumnya juga diduga komponen dari teh hitam dan teh hijau menghambat promoter tumor atau factor pertumbuhan yang perubahan sel transformasi sel, AP-1 (activator protein-1) serta diperantarai oleh aktivasi NF-қβ (Nuclear Factor kappa-β) melalui serangkaian sinyal proline-rich kinase. Teh bisa berperan sebagai agen preventif kimiawi yang bekerja pada suatu target tumor promoter spesifik yang diinduksi oleh protein kinase dan atau faktor transkripsi (Bode dan Dong, 2003). 

Obesitas
            Obesitas atau kegemukan adalah ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh. Obesitas juga sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adiposa sehingga menggangu kesehatan (Adiningsih, 2005). Obesitas merupakan penyakit komplek yang disebabkan oleh banyak faktor termasuk genetik dan faktor lingkungan, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut (Ji Lin, et al., 2005). Obesitas pada hakekatnya merupakan proses penimbunan triasilgliserol berlebih pada jaringan adiposa karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan penggunaannya (Indra, 2005). Menurut WHO (1985) dalam Indra (2005) obesitas didefinisikan apabila body mass index (BMI) > 30 untuk laki-laki dan > 28,6 untuk perempuan dan dikembangkan menjadi standar > 25 untuk overweight dan > 30 untuk obes. Obesitas dapat menimbulkan berbagai penyakit serius, antara lain Diabetes Mellitus, hipertensi dan jantung. Risiko kematian yang disebabkan oleh diabetes yaitu stroke, penyakit arteri koroner, tekanan darah tinggi, kolesterol yang tinggi, ginjal, dan gangguan batu empedu (Indra, 2005).
Kejadian obesitas juga dapat ditandai dengan adanya penambahan/peningkatan jumlah sel adiposit pada jaringan adiposa (hiperplasia) dan dapat ditunjukkan dengan adanya penambahan ukuran sel adiposit pada jaringan adiposa (hipertropi) (Ji Lin, et al., 2005). Hiperplasia dihasilkan oleh sebuah peningkatan adipogenesis, termasuk proliferasi preadiposit maupun diferensiasi adiposit. Cara mengatasi obesitas bisa dilakukan dengan mengubah pola makan atau diet dan olah raga secara teratur. Penyebab obesitas perlu diketahui terlebih dahulu. Lemak sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, sebagai penyerap guncangan, dan lain-lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan pada wanita adalah sekitar 25-30% dan pada pria sekitar 18-23% (Pinzon, 2005).

Jaringan Adiposa
            Jaringan adiposa merupakan jaringan ikat yang berfungsi untuk penyimpanan lemak dalam bentuk trigliserida. Jaringan adiposa pada mammalia ditemukan dalam bentuk 2 macam, yaitu jaringan adiposa putih dan jaringan adiposa coklat. Jaringan adiposa coklat biasanya sebagai sumber energi sedangkan jaringan adiposa putih memiliki fungsi yaitu sebagai sumber energi, insulasi panas, perlindungan terhadap organ dan bantalan mekanik serta beberapa fungsi penting lainnya (Albright dan Stern, 1998).
            Lemak berperan sebagai penyangga (buffer) untuk ketidakseimbangan energi ketika asupan energi tidak sebanding dengan pengeluaran energi. Perbedaan utama antara adiposit coklat dengan adiposit putih secara morfologi adalah terlihat dari bentuk dan jumlah/kandungan mitokondria yang terdapat di dalam sel. Adiposit putih terlihat memiliki bentuk seperti cincin dengan inti berada di tepi , vakuola yang berukuran besar,  jumlah mitokondria dalam sel sedikit. Sedangkan untuk adiposit coklat berukuran lebih kecil dengan sitoplasma yang banyak berisi mitokondria, vakuola yang berukuran lebih kecil (Rosen, et al., 2000) dan (Albright dan Stern, 1998). Adiposit coklat berhubungan dengan homeostasis energi. Ketika tubuh memerlukan banyak energi pada saat lingkungan utamanya penurunan temperatur maka adiposit coklat akan melepas energi secara langsung sebagai panas yang dihasilkan oleh metabolisme dalam mitokondrianya (Albright dan Stern, 1998).
            Apabila dilihat dari asal usulnya adiposit merupakan derivat dari fibroblas seperti prekursor sel yang akan berdiferensiasi menjadi adiposit karena stimulus tertentu. Beberapa kajian menduga bahwa adiposit merupakan derivat tipe sel dari prekursor sel embrionik dengan kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tipe sel mesodermal dari adiposit, kondrosit, osteoblas dan miosit (Francine, et al., 1998).
Adipogenesis didefinisikan sebagai suatu proses perubahan dari preadiposit menjadi adiposit matang/adiposit (adipogenesis). Selama proses adipogenesis, penambahan dari fenotip adiposit dikarakterisasi oleh perubahan kronologis dari ekspresi sejumlah gen. Hal ini dapat dicerminkan dari penampakan (morfologi) pada tahap awal, intermediet dan akhir (mRNA/protein marker) dan akumulasi trigliserida (Francine, et al., 1998). Proses awal dari diferensiasi adiposit diawali dengan penghentian pertumbuhan dengan penahanan siklus sel yang ditandai oleh penurunan pengikatan DNA dan aktivitas transkripsi dari komplek E2F/DP-1 yang disebabkan oleh fosforilasi dari DP-1 dan sebuah penurunan didalam ekspresi dari subunit katalitik serin/treonin pospatase PP2A. (Francine, et al., 1998).
            Beberapa komponen lain dalam proses adipogenesis yaitu ekspresi dari gen-gen penyandi kolagen tipe IV, nidogen entactin, chondroitin sulfat proteoglikan –I (versican), fibronektin, dan juga gen untuk pre-adipocyte factor-1 (Pref-1). Gambaran secara singkat mengenai kejadian dalam tahapan diferensiasi adiposit ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

            Gambar 2. Tahapan diferensiasi adiposit (Francine, et al., 1998).
            Proses akhir diferensiasi adiposit ditunjukkan dengan diekspresikannya gen-gen khusus seperti aP2, GLUT-4 (Glucose Transporter-4), phospoenolpyruvate carboxykinase (PEPKC) dan leptin. Perubahan dari preadiposit menjadi adiposit matang dikoordinasi oleh suatu respon terhadap stimulus eksternal termasuk signal dari cAMP (cyclic-AMP), glukokortikoid, IGF-1 dan asam arakidonat. Walaupun jalur sinyal dalam kasus diferensiasi adiposit memang masih belum jelas, beberapa peneliti menduga bahwa jalur sinyal untuk induksi proses adipogenesis yaitu melewati jalur PI(3)K ataupun melewati MAP kinase khususnya ERK1/2 dan JNK (Desvergne and Wahli, 2005) dan Yu Hua, et al. (2005).

Simpulan
            Teh merupakan bahan herbal yang banyak mengandung antioksidan polifenol dengan potensi besar sebagai agen terapi herbal. Teh memiliki efek terhadap pengendalian laju adipogenesis baik kearah hipertropi maupun hiperplasi. Komponen polifenol pada teh mampu menekan proliferasi seluler dan menghambat diferensiasi preadiposit menjadi adiposit matang. Pengendalian obesitas dini akan mampu menekan prevalensi adiposopati yang berdampak pada munculnya penyakit penyakit-penyakit metabolik yang terkait dengan obesitas.

DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Sri., 2005. Indonesia Nutritional Pattern in contributing Prevalence of Obesity. Surabaya: Public Health Faculty Airlangga University.
Albright, A.L. and Stern, J.S., 1998. Adipose tissue. In: Encyclopedia of Sports Medicine and Science. USA: Department of Nutrition and Internal Medicine University of California at Davis.Davis, CA
Baillie. A. Rebecca., Sha Xaoming., Thuillir. P., and Clarke. D. Steven. 1998. A Novel 3T3-L1 Pre Adipocyte Variant that Express PPARγ and RXRα but not undergro Differentiation, J. Lipid Res. (39): 2048-2053
Bastie. C., Holst. D., Gaillard. D., Pietri. J. C., and Grimaldi. A. P., 1999. Expression of Peroxixome Proliferator-Activated Receptorδ Promotes Induction of PPARγ and Adipocyte Differentiation in 3T3C2 Fibroblast, The Journal of Biochemistry. 274 (31) pp. 21920-21925
Bode. M. Ann and Dong, Zigang., 2002. Signal Transduction Pathway: Targets for Green and Balck Tea Polyphenols, Journal of Biochemistry and Molecular Biology. 36 (1): 66-77.
Chiba, T., Nakazawa, T., Yui, K., Kaneko, E., and  Kentaro Shimokado, K. 2003. VLDL Induces Adipocyte Differentiation in ApoE-Dependent Manner, Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology. (23):1423
Desvergne, Beactrice and Wahli, Walter., 1999. Peroxixome Proliferator-Activated Receptor: Nuclear Control Metabolism, Endocrine Review. 20 (5): 649-688
Francine M.G., Cynthia M.S., Hei S. S., 1998. Understanding Adipocyte Differentiation. Department of  Nutritional Science: University Of California.
Indra. Rasjad. M. 2005. Dasar Genetik Obesitas Visceral., Sumarno, dkk (ed.), Fourth Basic Molecular Biology Course in Pathophysiology of Obesity. Program Pasca Sarjana Unibraw, Malang, p. 61-72
Ji Lin, Mary Anne Delta-Fera, and Clifton A. Baile., 2005. Green tea Polyphenol Epigallocatechin Gallate Inhibits Adipogenesis and Induces Apoptosis in 3T3-L1 Adipocyte,Obesity Research . 13 (6).
Lai K. L., Yalun S., Ruoyun C., Zesheng Z., Yu Huang, and Zhen Y. C., 2001. Theaflavin in Black Tea and Catechins in Green Tea Are Equally Effective Antioxidants,J Nutr. (131): 2248-2251.
Makoto N., Kohei H., Tomoko T., Tsutomu N., and Masayoshi I., 2001. RGS2 Promotes Adipocyte Differentiation in the Presence of Ligand for Peroxixome Proliferator-Activated Receptor γ, The JBC. 276 (32) : 29625-29627

Marques, G. M., Hausman, B. D., Latimer, M. A., Kras,M. K., Grossman, M. B.,  and Martin, J. R. 2000. Insulin-like growth factor I mediates high-fat diet-induced adipogenesis in Osborne-Mendel rats, Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol.  278 (3): 654-662

Pinzon, Rizaldy. 2005. Indeks Massa Tubuh sebagai Faktor Risiko Hipertensi pada Usia Muda. Yogyakarta:  FK UGM
Qi, Maosong and Elion, A. Elaine., 2005. MAP kinase Pathways, Journal of Cells Science. (118): 3569-3572
Rosen. D. Evan., Walkey. J. Christopher., Puigserver. P, and Spiegelman. M. B., 2000. Transcriptional Regulation of Adipogenesis, Gene & Development Review. (14): 1293-1307.
Tuminah S, 2004. Efek Teh Hitam [(Camellia sinensis O.K. Var. Assamica (Mast))] sebagai Salah Satu Sumber Antioksidan. Majalah Cermin Dunia Kedokteran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Depkes RI. Jakarta. (144).
Yasuki K., Satoshi M., Keiji E., Hiroshi S., and Tohru K., 1996. Regulation of Insulin-Like Growth Factor-I Expression in Mouse Preadipocyte Ob1771 Cells, The Jurnal of Biological Chemistry. 271 (17): 9883-9886.
Yu C. L., Yen C. C., Yu L.L., Shoei Y. L. S., Chi T. H. and Jen K. L., 1999. Supression of Extracellular Signals and Cell Proliferation by The Black Tea Polyphenol, Theaflavis-3,3’-Digallate, Carcinogenesis. 20 (4): 733-736.
Yu Hua Tseng, Atul J.B., Efi.K., Vijay K.Y., Cullen M.T., Kristina M.K., Aaron M.C., Michio N., Kazuaki Y., Mary E.P., and C. Ronald Kahn., 2005. Prediction of Preadipocyte Differentiation by Gene Expression Reveals Role of Insulin Receptor Substrates and Necdin, Nature Cell Biology. 7 (6): 601-611.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar