Selasa, 23 Agustus 2011

Potret Pendidikan Kita, Sudah Pendidikan Kita Benar-Benar Berkarakter


Saya Farward saja, ini keluh kesah teman saya seorang ibu tentang anaknya di Sekolah SD di Indonesia, sebelumnya TK dan 2 tahun setingakat SD di Belanda yang kemudian lanjut di Indonesia. mudah-mudahan bermanfaat untuk membawa perubahan sistem pendidikan ke arah yang le...bih baik. Mau dibawa kemana sistem pendidikan dasar kita di Indonesia????? by Adian Khoironi on Wednesday, October 27, 2010 at 6:22am Dua hari yang lalu, malam menjelang tidur, tiba-tiba siadhel memberikan sebuah pengakuan, sambil matanya berkaca-kaca dan akhirnya tumpah menjadi tangisan : " Bundha..tadi adhel disekolah sudah bohong sama bu guru, waktu bu guru tanya "siapa yang tidak hafal ayat kursi???" adhel tidak angkat tangan, padahal adhel nggak hafal ayat kursi, adhel sudah bohong bundha...." menangislah dia sekencang-kencangnya...Lalu saya memeluknya hingga dia mulai tenang dan akhirnya saya bertanya " sayang, adhel inget, dulu di Belanda adhel tidak pernah berbohong sama Juf ( guru), dan adhel inget bagaimana Juf dan meester adhel bilang bahwa Bohong adalah sebuah Aib besar , knapa adhel sekarang jadi berbohong, apa alasan adhel bohong sayang??apa takut bu guru marah???" " Tidak bundha, adhel nggak takut bu guru marah, adhel cuma takut ditertawakan temen-temen, karena semua tidak angkat tangan, padahal adhel tahu kok temen adhel banyak yang nggak hafal, tapi mereka juga bohong"" Ya ..Allah...ironis sekali, anak sekecil itu sudah mulai berbohong, sesuatu yang merupakan hal dasar dari sifat dipercaya dan amanah, yang tidak hanya mereka pelajari disekolah tetapi juga di agama mereka. Aku jadi inget Romadhon lalu, ketika tetanggaku yang anaknya sekolah disebuah sekolah islam terkemu, bercerita, bahwa disekolah anaknya, banyak anak2 yang memalsukan tanda tangan guru kegiatan romadhon, hanya karena agar menjadi juara karena mendapat jumalah tanda tangan yang banyak... Saat mendengar cerita itu akupun terheran2, anak2 usia dasar, sudah punya ide untuk memalsukan sebuah tanda tangan, hanya untuk berlomba mendapat tanda tangan terbanyak??? Astagfirllahhaladzim....bagaimana kelak generasi bangsa kita????apakah mereka akan menjadi putra putri bangsa yang terbiasa dengan sebuah kebohongan, pemalsuan dan sejenisnya hanya untuk meraih apa yang mereka mau , dan hanya untuk sebuah alasan yang disebut malu dan takut?? Setelah setahun aku tinggal di Indonesia dan memperhatikan betul sistem pembelajaran diIndonesia, sebenarnya aku dan beberapa wali sering terlibat dalam diskusi , tentang sistem pembelajaran di Indonesia. Intinya..duh..kasihan sekali anak-anak kecil diIndonesia, yang dibebani dengan pelajaran yang super berat, hafalan yang super banyak, sungguh itu melelahkan mereka, kompetisi yang berat yang sengaja diciptakan hanya karena alasan prestasi dan takut tidak masuk sekolah lanjutan favorit kadang menjadi background untuk orang tua dan guru menggenjot anak-anak ini. Sistem seleksi yang cuma satu macam (UNAS), menyebabkan sistem pendidikan kita tidak memberikan kesempatan kepada anak untukmengeksplore keistimewaan dan talenta mereka masing-masing, semua anak harus dan wajib belajar pelajaran yang sama , dan harus melewati sistem seleksi dengan standart nilai yang sama juga. suatu contoh, anak yang pandai seni tapi lemah science, terpaksa mereka juga harus digenjot untuk belajar science, dan ketika science mereka nilainya rendah, gagallah dia masuk sekolah negri, meskipun nilai seninya tinggi, akhirnya dia dicap BODOH..pdhal anak yang pandai seni juga CERDAS, anak yang pandai bahasa meski tidak pinter matematika dia juga anak CERDAS, semua anak adalah cerdas berdasarkan kemampuan mereka dan bakat mereka , tetapi dengan sistem seleksi kita yang cuma satu jalur , menyebabkan cap CERDAS dan PINTAR hanya diterima oleh anak yang bisa lolos ujian dengan nilai yang baik untuk mata pelajaran yang dianggap sebagai filter kemampuan. Lihatlah ..betapa marak promosi yang menawarkan test Finger print untuk mengetahui bakat anak..untuk apa???diidndonesia test ini hasilnya tidak akan mempengaruhi apapun ,karena setelah kita tahu bakat anak kita, toh pada akhirnya anak kita harus kembali kedunia nyata, bahwa dia tetap harus berkompetisi dengan sistem yang mungkin tidak sesuai dengan bakat mereka. Mari kita tengok sistem pendidikan dinegara maju.... Disana tidak ada yang namanya anak bodoh, semua anak pinter..semua anak mendapatkan penghargaan atas kemapuan mereka masing2, setiap anak punya keistimewaan, tidak ada yang the best for everything..semua memilki the best pada diri mereka masing -masing. Gurupun sudah sejak dini menggali bakat mereka, anak yang pandai menggambar..maka dia akan berkembang dalam bidang menggambarnya, tidak perlu khawatir dia tidak masuk sekolah lanjutan pertama favorit, karena apapun kemampuan mereka , dibidang apapun itu, setiap minat memilki standart seleksi berdasarkan minat dan bakat tersebut, jadi anak yang nggak suka matematika tapi suka bahasa tidak perlu belajar ngebut matematika sampai kepalanya pusing , begitupun anak yang pandai matematika dan tidak k bisa melukis, nggak perlu berusaha melukis sampai krayonnya basah kuyub oleh air mata..begitu selanjutnya.. KADO dan Penghargaan, guru-guru disanapun suka sekali sekedar memberi selembar piagam yang mereka sebut dengan DIPLOMA, diploma ini diberikan untuk semua anak, agar mereka senang dan termotivasi untuk mengembangkan minat mereka, tidak ada yang terlewat....semua anak akan merasa dirinya pernah menjadi yang terbaik, untuk sesuatu yang memang mereka sukai dan mereka lakukan... Ntah mau dibawa kemana sistem pendidikan kita, menggenjot anak2 kita dengan kurikulum yang sangat berat, disaat mereka masih butuh waktu untuk bermain, menikmati masa kecil , bersenda gurau dengan keluarga, Childhood adalah masa yang terbatas jangka waktunya, tidak akan terulang ketika mereka telah lepas dari 12 tahun, kebersamaan mereka dengan keluarga, dengan tetangga , dengan teman dan saudara..waktu indah itu terpaksa harus diisi dengan kerja keras, belajar dan belajar, disekolah, dirumah , ditempat les..semakin sempitlah waktu mereka untuk menikmati masa kecilnya...sedang ketika mereka sudah menginjak dewasa dan merupakan saat untuk mereka berkompetisi...tingal lelah dan kejenuhan yang tersisa di dalam diri mereka, sementara saat itu anak2 dari negera maju sedang bergairah untuk berkompetisi dan berprestasi... Ntah siapa yang tergerak untuk setidaknya menkaji kembali sistem pendidikan kita, memberi sedikit perubahan demi keselamatan dan masa depan anak-anak kita di masa yang akan datang... wallahualam .....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar